Kaktus telah dibudidayakan di Indonesia sejak sekitar akhir abad ke-19 dengan bibit yang didatangkan oleh pemerintah Hindia-Belanda saat itu. Tujuan dari pembudidayaan kaktus pada masa itu adalah sebagai pakan ternak sapi, terutama pada daerah utama produksi ternak yang dilanda kekeringan. Saat ini kaktus bukan hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak saja, tetapi sudah lebih luas sebagai tanaman hias
Berdasarkan data registrasi Kebun Raya Bali memiliki 98 jenis dari 49 marga Kaktus dan Sukulen. Taman ditata menyerupai habibat alaminya, yakni berbukit-bukit batu karang dengan nuansa lahan kering. Buah Naga yang popular di kalangan masyarakat karena banyak manfaat untuk kesehatan merupakan salah satu jenis kaktus dari marga Selenicereus dan Hylocereus
Cacti have been cultivated in Indonesia since the late 19th century, with seeds brought in by the Dutch East Indies government. Initially, cacti were grown as cattle fodder, particularly in drought-affected livestock production areas. Today, their use has expanded beyond animal feed to ornamental plants.
According to Bali Botanical Garden’s records, there are 98 species from 49 genera of cacti and succulents. The garden is designed to mimic their natural habitat, featuring rocky hills and dry landscapes. One well-known cactus species, dragon fruit (from the genera Selenicereus and Hylocereus), is widely valued for its health benefits.